Seorang kondektur bus Damri bernama Arif menjadi korban penusukan di SPBU Nunyai, Rajabasa, Bandar Lampung, pada Minggu (9/2/2025) sekitar pukul 16.00 WIB. Insiden ini dipicu oleh aksi serobot antrean BBM yang dilakukan seorang pengemudi Mitsubishi Pajero.
Peristiwa tersebut terekam dalam video amatir yang viral di media sosial. Dalam rekaman itu, Arif terlihat terlibat cekcok dengan seorang pria berjaket kulit hitam, yang belakangan diketahui bernama Juriadi (56). Perselisihan kian memanas hingga Juriadi mengeluarkan badik dan menyerang Arif.
Arif berusaha menangkis serangan dengan tangannya, tetapi tetap mengalami delapan luka tusukan di tangan serta dua luka di dada. Selain itu, sopir bus Damri bernama Harjulian yang merupakan rekan kerja Arif juga menjadi korban pemukulan dan mengalami luka lebam di wajah.
Beruntung, beberapa pengemudi ojek online yang berada di lokasi segera melerai keduanya, sehingga insiden tidak semakin parah. Saat ini, korban sedang menjalani pemulihan di bawah perawatan tim medis.
Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Pol Yuni Iswandari, mengonfirmasi kronologi kejadian ini dan menyatakan bahwa pihak kepolisian telah menangani kasus tersebut untuk proses lebih lanjut.
(Sumber: TribunJateng.com | Tribun Medan)
Opini Bang Insan
Insiden penusukan yang dialami Arif, seorang kondektur bus Damri, di SPBU Nunyai, Rajabasa, Bandar Lampung, kembali membuka mata kita tentang pentingnya kesabaran dan etika saat berkendara. Hanya karena serobot antrean BBM, sebuah perselisihan kecil berubah menjadi tragedi berdarah.
Fenomena pengendara arogan yang mengedepankan ego di jalanan bukanlah hal baru. Banyak kasus pertikaian yang berujung kekerasan terjadi akibat hal-hal sepele, mulai dari saling serobot hingga sekadar tidak terima ditegur. Ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat masih kurang memiliki kontrol emosi dan cenderung menyelesaikan masalah dengan kekerasan.
Kasus ini juga menyoroti bagaimana kepemilikan kendaraan mewah tidak selalu berbanding lurus dengan kedewasaan dalam bersikap. Seorang pengemudi Pajero yang seharusnya memahami aturan justru bertindak semena-mena, bahkan nekat melakukan tindakan kriminal. Kejadian ini harus menjadi pengingat bagi kita semua bahwa harga diri bukan ditentukan oleh kendaraan yang kita kendarai, tetapi oleh perilaku kita di jalan.
Di sisi lain, insiden ini juga memperlihatkan sisi positif dari masyarakat. Para pengemudi ojek online yang sigap melerai pertikaian menunjukkan bahwa solidaritas dan kepedulian masih ada. Tanpa campur tangan mereka, mungkin korban akan mengalami luka yang lebih parah atau bahkan kehilangan nyawa.
Ke depan, kita harus lebih sadar bahwa kesabaran dan etika berlalu lintas adalah kunci utama menjaga ketertiban dan keselamatan bersama. Hanya karena ingin lebih cepat mendapatkan BBM, seseorang harus berurusan dengan hukum, sementara korban harus menanggung luka fisik dan trauma. Kita harus belajar dari kasus ini: menahan emosi lebih baik daripada menyesal kemudian.